MAKALAH BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM TENTANG KELOMPOK SASARAN

I.                  PENDAHULUAN

Perkembangan masyarakat pada saat ini yang mengalami dampak globalisasi dan mengakibatkan kecenderungan perilaku masyarakat yang semakin fungsional. Disinilah Penyuluh Agama Islam mempunyai peran penting dalam pemberdayaan masyarakat dengan membentuk kelompok sasaran yang di jadikan sebagai objek penyuluhan bagi seorang Penyuluh Agama Islam.

Ditengah masyarakat kelompok sasaran mempunyai peran penting  yang tidak terpisahkan dari pencapaian tujuan bimbingan dan penyuluhan. Sebab itu, tugas seorang penyuluh agama dituntut untuk memiliki sudut pandang dan tujuan yang jelas sehingga apa yang telah di laksanakanan membawa hasil yang telah di tetapkan.


II.                RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana pemetaan kelompok sasaran ?
2.      Bagaimana pembentukan kelompok sasaran ?


III.             PEMBAHASAN


A.    Pemetaan kelompok sasaran

Masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan agama tidak selalu dapat dijangkau atau tidak dapat melakukan kegiatan dalam waktu bersamaan. Dengan ini, diperlukan pemetaan kelompok sasaran Penyuluh Agama Islam yang merupakan langkah penting untuk memudahkan dalam pendekatan dan menentukan materi bimbingan atau penyuluhan yang sesuai dengan kelompok sasaran tersebut.[1]



Dalam melakukan pemetaan, kelompok sasaran mempunyai beberapa hal yang menjadi tolak ukur yaitu :
1.      Kelompok masyarakat di lihat dari tingkatan sosial ekonominya.
2.      Kelompok masyarakat di lihat dari tingkatan pendidikan dan pengetahuannya.
3.      Kelompok masyarakat di lihat dari statusnya.
4.      Kelompok masyarakat di lihat dari segi wilayah atau geografis dan profesinya.[2]
Berdasarkan empat tolak ukur di atas, kelompok sasaran penyuluhan agama islam dalam masyarakat indonesia terdiri dari :
1.      Kelompok sasaran masyarakat umum terdiri dari :
a.       Masyarakat pedesaan.
b.      Masyarakat transmigrasi.
2.      Masyarakat perkotaan terdiri dari :
a.       Komplek Perumahan.
b.      Real Estate.
c.       Asrama.
d.      Daerah Pemukiman Baru.
e.       Masyarakat pasar.
f.       Masyarakat daerah rawan.
g.      Karyawan instansi pemerintah atau swasta tingkat Kabupaten atau Propinsi.
h.      Masyarakat industri.
3.      Kelompok sasaran masyarakat khusus terdiri dari :
a.       Cendekiawan.
b.      Generasi muda.
c.       LPM
d.      Daerah terpencil.[3]


B.     Pembentukan kelompok sasaran

Untuk memudahkan penyuluhan agama islam dalam rangka membentuk kelompok sasaran atau kelompok binaan yang dijadikan sebagai objek penyuluhan bagi seorang penyuluhan agama islam diperlukan beberapa tahapan  yang perlu diperhatikan oleh setiap penyuluh agama islam dalam membentuk kelompok binaan sebagai berikut :

1.      Tahap persiapan

Tahap ini lebih dulu mengadakan observasi atau studi lapangan dilingkungam masyarakat yang menjadi objek sasaran, setelah itu dilanjutkan pengumpulan data dan informasi. Data yang penting diketahui adalah jumlah penduduk, agama, mata pencaharian, tokoh-tokoh masyarakat, ulama dan kecenderungan masyarakat tersebut terhadap agama dan kegiatan keagamaan.

Tujuan tahapan ini adalah agar dapat meyakinkan mereka terhadap manfaat adanya pembinaan keagamaan secara teratur melalui pembentukan kelompok sasaran penyuluhan agama islam. Misalnya, untuk membentuk kelompok pengajian remaja. Setelah tahap persiapan membawa hasil yang positif, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan pembentukan kelompok sesuai langkah pertama.[4]

2.      Tahap pembentukan

Tahap ini langkah pembentukan kelompok pengajian remaja di mulai dengan menetapkan susunan pengurus, nama kelompok pengajian, tempat dan frekuensi kegiatan dan dukungan pendanaan. Dalam kelompok pengajian seorang penyuluh agama dapat datang dan pergi karena tugasnya, tetapi kelompok sasaran yang dibinanya adalah untuk jangka waktu yang panjang.

Dalam kelompok pengajian yang dibentuk harus dirasakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan untuk kepentingan mereka sendiri. Jiwa remaja yang kritis dan labil harus dibimbing dan digembleng dengan sentuhan dakwah seorang penyuluh agama yang cerdas dan simpatik.[5]

3.      Tahap konsolidasi

Tahap ini keberadaan kelompok pengajian remaja perlu disosialisasikan dan dikomunikasikan kepada segenap unsur dan lapisan masyarakat agar mereka memberi support atau dukungan dan setelah kelompok pengajian remaja resmi terbentuk, maka penyuluh agama memberi fasilitas untuk penyusunan agenda kegiatan dan pemilihan tema pengajian yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta serta inventarisasi anggota pengajian. Kelompok pengajian yang dibentuk ini bukanlah kelompok yang tertutup tetapi kelompok yang terbuka.[6]

4.      Tahap memulai kegiatan

Tahap ini pada waktu memulai kegiatan pengajian penyuluh agama harus berupaya untuk memperkenalkan eksistensi kelompok pengajian di lingkungan masyarakat. Penyuluh agama harus memberi semangat, motivasi dan empati kepada seluruh anggota kelompok sasaran. Topik, materi dan tehnik penyampaian harus disesuaikan dengan karakteristik psikologis pemuda yang diliputi naluri keingintahuan terhadap berbagai hal.[7]



Tahapan-tahapan kegiatan kelompok sasaran antara lain :
1.      Penyelenggaraan pendidikan atau pengajian dibagi menjadi beberapa macam yaitu :

a.       Metode pembelajaran atau pengajian
Sistem mengajar pada kelompok sasaran dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan dan pengajaran agama islam dengan berbagai sistem.
Beberapa sistem metode pembelajaran atau pengajian yaitu:
Ø  Sorogan
Sorogan berasal dari bahasa Jawa “Sorog” artinya sodor jadi bila di artikan sorogan adalah sodoran. Disebut demikian karena dalam sorogan ini, seorang harus menghadap ustadz dengan membawa kitab yang telah dipelajari atau di sebut dengan belajar secara bertatap muka ( langsung ).[8]
Ø  Bandongan
Bandongan berasal dari bahasa Jawa “Weton” artinya waktu. Ada juga yang mengartikan sebagai Halakah yang artinya lingkaran. Jadi bila diartikan secara umum Bandongan adalah sekelompok santri yang belajar dibawah bimbingan ustadz.[9]
Ø  Wetonan
Wetonan berasal dari kata “Wetu” yang berarti lahir atau keluar. Selain itu, wetonan juga dapat diartikan sebagai gabungan hari dan pasaran saat bayi dilahirkan di dunia,  misalnya senin pon, jum’at wage, sabtu kliwon dan sebagainya.[10]


b.      Pendekatan pembelajaran atau pengajian
Pendekatan pembelajaran atau pengajian ini dapat dilakukan pendekatan ilmiah atau sering disebut dengan pendekatan ta’limul muta’alim yang didasarkan kedisiplinan.

Beberapa pembelajaran atau pengajian yaitu :
Ø  Pendekatan psikologis
Pendekatan ini biasanya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif, konatif dan afektif. Ketiga ini dapat dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan pengamalan agama.[11]
Ø  Pendekatan sosial kultural
Pendekatan ini ditekankan pada usaha pengembangan sikap-sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntunan masyarakat yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan inovasi ke arah sikap hidup yang alloplatis bukan yang bersifat antoplatis.[12]
Ø  Pendekatan religie
Suatu pendekatan yang membawa keyakinan sistem ini mengandung nilai-nilai ketuhanan dan sikap yang demikian itu harus diinternalisasikan dan deternalisasikan.[13]
c.       Perencanaan proses pendidikan atau pengajian
Setiap pembelajaran atau pengajian didahului dengan pembuatan rencana pembelajaran atau pengajian tahunan. Rencana disusun dan disesuaikan dengan waktu yang telah ditetapkan.


Beberapa perencanaan proses pendidikan atau pengajian yaitu :
Ø  Perencanaan tahunan
Perencanaan tahunan adalah suatu rencana pembelajaran atau pengajian selama satu tahun yang disusun berdasarkan garis besar pokok pengajian serta disesuaikan dengan jumlah tatap muka dalam pengajian dan ketersediaan waktu yang dipilih. Dalam menentukan alokasi waktu setiap pokok bahasan perlu dipertimbangkan tingkat kesulitan dan keluasan atau kedalaman bahan serta banyaknya kegiatan.
Ø  Persiapan pengajian
Dalam persiapan pengajian, banyak hal yang harus dipersiapkan yaitu : bahan kajian, tempat, hari, tanggal dan jam, tujuan pengajian, tujuan khusus pengajian, bahan pengajian dan kegiatan pengajian secara umum dan cara menilai kemajuan pengajian jamaah.[14]

2.      Penyelenggaraan layanan konsultasi

Konsultasi adalah bantuan yang diberikan kepada jamaah dalam upaya menentukan pribadi, mengenal lingkungan dan memecahkan problem-problem yang dialami jamaah misalnya masalah keluarga, masalah lingkungan dan masalah pengalaman ajaran agama. Pelayan konsultasi dapat diberikan secara individu-individu atau kelompok.






IV.             KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas dapat kami simpulkan bahwa kelompok sasaran adalah objek yang harus dimiliki bagi penyuluh agama islam dalam melakukan tugas untuk membimbing masyarakat. Dengan adanya kelompok sasaran ini dapat membantu dalam tujuan utam seorang penyuluhh agama.
Sebagai suatu kelompok sasaran dapat meningkatkan kesadaran baragam dari suatu wilayah itu sendiri baik tingkatan masyarakat umum,masyarakat perkotaan dan masyarakat khusus.


V.                PENUTUP

Sekian makalah yang dapat kami persembahkan, kami sadar bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, sangat kami harapkan semoga maklah ini dapat bermanfaat bagi pembaca amin, terima kasih.











DAFTAR PUSTAKA
Bambang Pranowo, Pedoman Pembentukan Kelompok Sasaran Penyuluh Agama Islam. Jakarta:Departemen agama, 2002.
Ahmad Hadlor Ihsan, Profil Pondok Pesantren Al-ishlah. Semarang:Lutfi, 2005.
M. Dawam Raharjo, Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta:Lp3es, 1988.











[1]Bambang pranowo, pedoman pembentukan kelompok sasaran penyuluh agama islam, (2002,departemen agama:jakarta) hlm. 9
[2] Ibid hlm. 10

[3] Ibid hlm. 11-15
[4] Ibid 20-21
[5] Ibid hlm. 22-23
[6] Ibid hlm. 38
[7] Ibid hlm. 39
[8]  Ahmad Hadlor Ihsan, profil pondok pesantren al-ishlas (2005, lutfi:semarang).
[9]  M. Dawan Raharjo, pesantren dan pembaharuan (1988, lp3es:jakarta).
[10]  Bambang Pranowo, pedoman pembentukan kelompok sasaran penyuluh agama islam (2002, departemen agama:jakarta) hlm. 42
[11] Ibid hlm. 46
[12] Ibid hlm. 47
[13] Ibid hlm. 47
[14] Ibid hlm. 51-53

0 Response to "MAKALAH BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM TENTANG KELOMPOK SASARAN"

Post a Comment

Popular Posts