BIDANG KEPERCAYAAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampuh : Nurhuda Widiana, M.si
Disusun Oleh :
Ovi Milati : 1401026061
Dika Aldiah : 1401026062
Rifai ady wicaksono : 1401026063
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
1. PENDAHULUAN
Hubungan antara Islam dan budaya Jawa dapat dikaitkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Pada satu sisi, Islam yang datang dan berkembang di jawa dipengaruhi oleh kultur atau budaya Jawa. Sementara itu, pada sisi lain, budaya Jawa makin di perkaya oleh khazanah Islam.Dengan demikian, perpaduan antara keduanya menampakan atau melahirkan ciri yang khas sebagai budaya yang sinkretis, yakniIslam Kejawen (agama Islam yang bercorak Kejawaan).
Kepercayaan adalah suatu keyakinan yang dimiliki setiap manusia,dari zaman terdahulu sampai zaman sekarang. Dan masing-masing manusia mempunyai atau memiliki keyakinan yang berbeda-beda terhadap suatu kepercayaan.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana hubungan antara budaya jawa dan islam dalam aspek kepercayaan ?
B. Apa saja ciri-ciri santri dan abangan dalam kepercayaan dan Amal Agama?
C. Apa saja kepercayaan dan pengelompokan masyarakat jawa menurut sejarahwan?
III. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan lebih terhadap mahasiswa tentang :
A. Hubungan antara budaya jawa dan islam dalam aspek kepercayaan.
b. Mengetahui ciri-ciri santri dan abangan dalam kepercayaan dan Amal Agama.
c. Kepercayaan dan pengelompokan masyarakat jawa menurut sejarahwan.
IV. PEMBAHASAAN
A. Hubungan antara budaya jawa dan islam dalam aspek kepercayaan
Dalam masalah bidang kepercayaan, orang jawa sebelum datangnya islam telah menganut agama hindu dimulai pada abad pertama masehi menurut kebanyakan dugaan. Hinduisme yang datang ke Jawa merupakan satu bentuk Syivarisme, Namun untuk mengetahui semacam syivaisme manakah itu terjadi kesulitan karena sedikitnya data tentang permulaan data tersebut.Namun ada bukti bahwa budhaisme datang ke jawa dalam beberapa dasawarsa terakhir abad ke 7.Jadi selama zaman hindu terdapatlah di Jawadua agama yang diakui yaitu Syivaisme dan Mahayana. Sedangkan pengislaman di jalankan di jawa pada abad ke 15 mulai dari pantai utara, Islam akhirnya mengambil alih kerajaan hindu majapahit pada akhir abad ke 16. Islam pun akhirnya merembes ke pedalaman pulau ini setelah jatuhnya kerajaan Majapahit. Pengislaman pulau jawa mendapat dorongan selama pemerintahan Sultan Agung Mataram pada abad ke 17.
Ketika islam masuk ke Jawa ada dua hal yang perlu di catat. Pertama, pada waktu itu hampir secara keseluruhan dunia islam dalam keadaan mundur. Dalam bidang politik ditandai dengan jatuhnya dinasti Abbasiyah oleh serangan mongol pada 1258 M, dan tersingkirnya dinasti Al-Ahmar di Andalusia (Spanyol) oleh tentara Aragon dan Castella pada 1492 M.Di bidang pemikiran kalau pada masa-masa sebelumnya telah muncul ulama-ulama besar di bidang hukum, teologi, filsafat, tasawuf dan sains, pada masa ini pemikiran-pemikiran tersebut telah mengalami kemunduran. Pada masa ini telahsemakin berkembang pendapat bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan kelompok-kelompok tarekat sesat semakin berkembang di kalangan umat islam.
Kedua, sebelum kedatangan islam di Jawa, Hindu, Budha dan kepercayaan asli yang berdasarkan Animisme dan Dinamisme telah bertukar di kalangan masyarakat jawa. Oleh karena itu dengan datangnya Islam terjadi pergumpulan antara Islam di satu pihak, dengan kepercayaan-kepercayaan yang ada sebelumnya di pihak lain. Akibatnya muncul dua kelompok dalam menerima Islam. Pertama yang menerima Islamsecara total dengan tanpa mengingat pada kepercayaan-kepercayaan lama. Kedua, adalah mereka yang menerima ajaran Islam, tetapi belum dapat melupakan ajaran – ajaran lama. Oleh karena itu mereka mencampur adukkan antara kebudayaan dan ajaran ajaran dengan kepercayaan kepercayaan lama.
B .ciri-ciri santri dan abangan dalam kepercayaan dan Amal Agama.
Kepercayaan-kepercayaan religius para abangan merupakan campuran khas penyembahan unsur-unsur alamiah secara animis yang berakar dalam agama-agama Hinduisme yang semuanya telah di tumpangi oleh ajaran Islam.Roh-roh yang di sembah oleh Orang Jawa pada umumnya di sebut hyang atau yang yang berarti “Tuhan”.Tuhan dalam bahasa Jawa terkadang dinamakan Hyang Maha kuwasa (tuhan yang maha Kuasa).
Banyak orang desa yang ingin mendapatkan berkah atau minta perlindungan terhadap bencana, mengantarkan sajian-sajian berupa kemenyan dan bunga ketempat sajian pohon besar tersebut serta mengemukakan kesulitan dan kebutuhannya akan perlindungan kepada danyang desa. Selain danyang, orang Jawa percaya kepada dewa dan kepada widadari (bidadari) yang berasal dari Hinduisme.
Dalam hal ibadah, ibadah orang abangan meliputi upacara perjalanan, penyembahan roh halus, upacara cocok tanam dan tatacara pengobatan yang semuanya berdasarkan kepercayaan kepada roh baik dan roh jahat. Upacara pokok dalam agama Jawa tradisional ialah slametan ( selamatan, kenduri). Selamatan diadakan pada hampir setiap kesempatan yang mempunyai arti upacara bagi orang jawa,seperti kehamilan , kelahiran, pengkhitanan, perkawinan, kematian, hari raya Islam resmi, seperti lebaran dan sebagainya.Tujuan utama selamatan ialah mencari keadaan slamet (selamat), dalam arti tidak tergangu oleh kesulitan alamiah atau ganjalan gaib.
Orang jawa khususnya abangan percaya kepada kemampuan dukun, yaitu seorang yang mengendalikan roh-roh dan menjadikan alat-alat bagi keinginan dan hasrat seseoarang. Guna memperoleh sarana pengendalian roh-roh, orang jawa menuntut ngelmu (pengetahuan atau ilmu untuk dapat berhubungan dengan roh-roh). Dengan ngelmu tersebut para abangan berharap akan mendapatkan kekuasaan, kekayaan dan keagungan dan juga melakukan balasan dengan membawa musibah terhadap seseorang yang pernah merugikan dia. Ngelmu terdiri atas campuran dari berbagai unsure dalil-dalil filsafat teologi serta kaidah, rumus, mantra dan sihir. Kata dan ungkapan yang di pakai dalam ngelmu mencankup aneka ragam gubahan , termasuk gubahan hindi, jawa dan arab
Menurut keyakinan orang jawa,asas-asas kehidupan manusia telah ditentukan,karena asas-asas tersebut merupakan bagian dari susunan alam secara umum.adapun susunan kehidupan social dan peraturan-peraturan social digambarkan oleh para abangan mengalir secara langsung dari keharusan metafisika.
Berbagai peraturan berjalan untuk menyelaraskan masyarakat manusia dalam dirinya dan menyelaraskannya dengan susunan umum alam semesta.peraturan-peraturan tata krama(sopan santun jawa)mengatur perilaku antar orang.peraturan adat mengatur keselarasan batin masyarakat.peraturan dan amal agama mengatur hubungan dengan alam gaib.peraturan-peraturan moral yang menegaskan narima(menerima apa adanya),sabar,eling waspada(ingat dan waspada)serta andap asor(rendah hati).Mengatur nafsu dan emosi manusia.sikap menyerah tanpa syarat kepada system yang tepat berupa peraturan dan tata cara social dan keagamaan menyebabkan seseorang itu menjadi “manusiawi.Rasa sadar diri tentang religius para santri atas para abangan berdasarkan kepercayaan dan keyakinan yang kuat akan kebenaran mutlak islam.
Hal ini ditandai oleh intoleransi(sikap tak menenggang) mereka terhadap kepercayaan dan perbuatan para abangan yang mereka anggap heterodoks(menyimpang dari kebenaran),tepatnya para santri lebih memperhatikan ajaran islam di bandingkan upacaranya,sementara para abangan menekankan perincian upacara (ritual).Berlawanan dengan pola upacara abangan yang berkisar pada selamatan,maka kehidupan upacara santri diatur sepanjang waktu oleh sholat lima waktu yang berulang setiap hari dalam bentuk yang sama.sholat itu dilakukan dirumah,dilanggar(surau),atau masjid.konsep kebaktian yang tulus tanpa perhitungan untung dan rugi,yang disebut keikhlasan,terungkap dalam hubungan antara santri sendiri,dan khususnya antara para santri dan kyainya.Hormat yang ditunjukan kepada kyai merupakan suatu kewajiban bagi setiap pribadi.ucapan kyai pada umumnya tidak dapat dibantah.
C. Kepercayaan dan pengelompokan masyarakat jawa menurut sejarahwan,
Menurut Ibnu Isma’il, ada beberapa kepercayaan khas masyarakat Jawa yaitu :
1. Pemujaan pada benda alam dan binatang,arca dan benda benda lain
2. Persembahan macam-macam sesaji. Adakalanya untuk menyenangkan roh dan arwah yang di hormati, mengusir sial, juga sekadar rutinan. Semuanya ditujukan untuk keselamatan diri.
3. Meyakini saat-saat sial dan mujur berdasarkan tanda,hitungan dan pelanggaran mitos.
4. Percaya pada macam-macam roh.
5. Simbolisasi tradisi.
6. Laku tapa yang disebut yoga sebagai sarana mendapat kekuatan.
7. Mempraktekan berbagai jenis magis seperti santet, teluh, guna-guna, gendam, pelet, perewangan, pesugihan dan berbagai jimat.
8. Hiburan rakyat, wayang, gending, kidung, opera (ketropak) menjadi ajaran kesusilaan dan doktrin kepercayaan
Seorang sejarahwan bernama Geertz mengelompokan masyarakat Jawa ke dalam kategori sebagai beikut :
1. Santri, yakni golongan masyarakat Jawa yang beragama Islam dan memegang teguh syariat Islam. Mengerjakan segala kewajiban, semacam Shalat, Zakat, Puasa, dan meninggalakan segala keharaman, tidak makan babi, tidak membuat sesajen, dan sebagainya.
2. Abangan, yakni golongan masyarakat Jawa yang beragama Islam namun kurang memegang teguh syariat Islam. Mereka yang tergolong dalam kategori ini tidak shalat, puasa, dan sebagainya. Masih mengerjakan amalan-amalan berbau Hindu semacam sesajen, grebegan, dsn lainya.
3. Priyayi, yakni golongan masyarakat Jawa yang tergolong sebagai darah biru, atau bangsawan. Mereka menempati posisi yang dimuliakan baik oleh kalangan santri maupun abangan, terlepas dari sikap dan cara keberagamaan mereka.
V. KESIMPULAN
Sebelum masuk pengaruh agama hindu budha,kepercayaan yang berkembang di Indonesia masih bersifat animisme dan dinamisme. Masyarakat pada saat itu melakukan pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan kekuatan-kekuatan benda-benda pusaka tertentu serta kepercayaan pada kekuatan-kekuatan alam.Dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha, kepercayaan asli bangsa Indonesia ini kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha. Hal ini terbukti dari beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia walaupun dalam beberapa hal tidak seketat atau mirip dengan tata cara keagamaan yang berkembang di India. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara keagamaan mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
Selain itu juga terdapat beberapa kepercayaan yang khas yang dimiliki masyarakat jawa, serta terdapat tiga kategori pengelompokan masyarakat jawa,yaitu santri,abangan dan priyayi.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Shodiq, M.ag, Potret Islam Jawa, Cetakan Pertama, Semarang : Pustaka Rizki Putra, Desember 2013
Muchtaron, Zaini, Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Diniyah, 2002
0 Response to "Makalah Islam Budaya Jawa : Bagaimana hubungan antara budaya jawa dan islam - Makalah gratis pustaka pintar"
Post a Comment